TikTok Batasi Hashtag Jadi 5 per Postingan, Kenapa?

TikTok Batasi Hashtag Jadi 5 per Postingan, Kenapa?

TikTok Batasi Hashtag Jadi 5 per Postingan
source:kompas.com

Pengguna TikTok kini mendapati perubahan penting saat mengunggah konten. Aplikasi video pendek ini mulai membatasi jumlah hashtag (tanda pagar) yang bisa digunakan dalam satu unggahan, yaitu hanya maksimal lima hashtag saja.

Aturan baru ini muncul dalam bentuk notifikasi pop-up di kolom caption, yang menyarankan pengguna untuk "Gunakan hashtag yang akurat untuk menambah jumlah views". Pembatasan ini menjadi sinyal kuat bahwa TikTok mengubah pendekatan mereka terhadap cara konten ditemukan.

{getToc} $title={Table of Contents}

Mengapa Hashtag Dibatasi?

Alasan utama di balik pembatasan ini adalah karena pergeseran cara kerja media sosial. Saat ini, hampir semua platform, termasuk TikTok, sangat bergantung pada algoritma untuk menyajikan konten kepada pengguna. Algoritma ini bekerja berdasarkan minat, interaksi, dan riwayat tontonan, bukan lagi dari pencarian manual menggunakan hashtag.

Pembatasan hashtag ini dianggap sebagai langkah efektif untuk:
  • Mencegah Spam: Mengurangi penggunaan hashtag yang tidak relevan atau berlebihan (hashtag stuffing) yang bertujuan memperluas jangkauan secara tidak jujur.
  • Meningkatkan Relevansi Konten: Dengan hashtag yang lebih sedikit, sistem bisa memahami topik konten dengan lebih akurat dan menampilkannya kepada audiens yang benar-benar tertarik.
  • Menghindari Kekacauan: Membuat kolom caption lebih bersih dan mudah dibaca, meningkatkan pengalaman pengguna.

Tren Global yang Dilakukan Platform Lain

Instagram sudah menguji penggunaan hashtag tidak lebih dari lima per konten

Pembatasan hashtag bukan hanya terjadi di TikTok. Beberapa platform media sosial lain sudah lebih dulu menerapkan pendekatan serupa:

  • Instagram: Sudah menguji coba penggunaan hashtag tidak lebih dari lima per konten.
  • Threads: Membatasi hanya satu hashtag per unggahan.
  • X (dahulu Twitter): Mulai meniadakan hashtag untuk konten iklan.
  • LinkedIn: Tidak lagi memprioritaskan hashtag di halaman pencarian.
Semua ini menunjukkan bahwa para kreator konten harus mengubah strategi mereka. Fokus kini tidak lagi pada jumlah hashtag, melainkan pada kualitas dan daya tarik konten itu sendiri. Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan interaksi (engagement) yang kuat, yang menjadi kunci utama bagi algoritma untuk menyebarkan konten ke lebih banyak orang.

Dengan demikian, perubahan pada kebijakan hashtag ini menjadi pengingat penting bagi para kreator bahwa ekosistem media sosial terus berkembang. Ketergantungan pada hashtag sebagai satu-satunya strategi untuk meningkatkan visibilitas konten kini tidak lagi efektif. Sebaliknya, kesuksesan akan ditentukan oleh seberapa baik kreator mampu memahami audiens mereka dan menciptakan konten yang benar-benar beresonansi, mendorong interaksi, dan membangun komunitas. Ini adalah era di mana orisinalitas dan kualitas konten menjadi raja.

Bagi pengguna biasa, pembatasan ini membawa keuntungan berupa feed yang lebih relevan dan tidak dipenuhi oleh konten yang spammy atau tidak sesuai minat. TikTok dan platform lain berharap bahwa dengan fokus pada kualitas dan relevansi, pengalaman pengguna secara keseluruhan akan meningkat. Jadi, meskipun terasa membatasi di awal, aturan baru ini sejatinya merupakan langkah untuk menjadikan media sosial sebagai tempat yang lebih baik dan terfokus pada konten yang benar-benar berharga.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama